Semoga si "Mood" kamu bisa diajak kompromi!

 

Perang Melawan "Mood": Kisah Nyata Seorang Pejuang Deadline

Seorang wanita muda berkacamata dengan wajah melamun duduk di meja kantor, tangannya memegang dagu sambil melihat ke atas di depan laptop.


Pernahkah kamu merasa seperti seorang pahlawan yang siap menyelamatkan dunia, tapi musuh terbesarmu bukanlah naga atau monster, melainkan bisikan halus dari dalam kepalamu sendiri? Itulah yang terjadi setiap kali kita duduk di depan laptop dengan deadline yang sudah melambaikan tangan dari kejauhan.

Musuh kita adalah Si Mood, sang master strategi penundaan. Ia tidak datang dengan pedang, melainkan dengan ribuan argumen logis (yang sebenarnya tidak masuk akal) untuk menggagalkan semua rencanamu.

Fase 1: Jebakan "Riset Sejenak"

Pagi hari, kamu sudah menyiapkan kopi, playlist kerja, dan selembar to-do list yang terlihat sangat profesional. Kamu siap. Tepat saat tanganmu hendak mengetik, Si Mood berbisik, "Hei, kenapa tidak riset sedikit dulu? Biar hasilnya lebih maksimal."

Kamu setuju. Lagipula, riset itu penting, kan?

  • Awalnya, kamu mencari data yang relevan.

  • Lalu, kamu tersesat di Wikipedia tentang sejarah penemuan sendok garpu.

  • Lima belas menit kemudian, kamu sudah menonton video dokumenter tentang populasi penguin di Antartika yang entah bagaimana terasa sangat relevan dengan pekerjaanmu.

  • Tiga jam kemudian, kamu merasa seperti ahli biologi laut, tapi pekerjaanmu belum disentuh sama sekali.

Jebakan riset ini adalah salah satu senjata terkuat Si Mood. Ia membuatmu merasa produktif, padahal kamu hanya tenggelam di lautan informasi yang tidak berguna.

Fase 2: Misi Pembersihan "Sok Produktif"

Setelah sadar dari jebakan penguin, kamu kembali ke meja kerja dengan rasa bersalah. Tapi Si Mood tidak menyerah. Ia melihat tumpukan kertas di pojok meja dan berkata, "Bagaimana bisa kita berkarya di tempat sekotor ini? Ayo, rapikan dulu. Otak butuh ruang yang bersih!"

Maka dimulailah misi pembersihan absurd. Kamu tidak hanya membersihkan meja, tapi juga:

  • Mencuci semua piring yang sudah menumpuk sejak kemarin.

  • Menyapu seluruh lantai rumah, meskipun kemarin baru disapu.

  • Mengatur ulang buku-buku di rak berdasarkan warna dan ketinggian.

  • Tiba-tiba terpikir untuk mencuci gorden yang sudah setahun tidak disentuh.

Kamu menghabiskan waktu setengah hari untuk membersihkan, dan kamu merasa sangat puas. Padahal, yang sebenarnya terjadi, Si Mood berhasil mengalihkan perhatianmu dengan tugas-tugas yang terlihat produktif, tapi tidak ada hubungannya dengan deadline.

Fase 3: Jeda "Sehat" yang Penuh Tipu Daya

Ketika jam sudah menunjukkan pukul 1 siang, kamu kelelahan setelah "berjuang" membersihkan rumah. Si Mood pun muncul dengan wajah malaikat. "Kamu butuh istirahat. Badan ini butuh nutrisi. Ayo kita buat smoothie super sehat yang resepnya baru kamu lihat di TikTok!"

Maka, kamu menghabiskan satu jam untuk memotong buah, menghancurkan es, dan mencuci blender yang kotor. Smoothie-mu terlihat cantik dan sehat. Kamu bangga. Tepat saat kamu ingin meminumnya, Si Mood berbisik lagi, "Nah, sekarang kita sudah sehat. Tidur siang yuk, biar badan fit lagi."

Dan begitulah. Setelah smoothie sehat, kamu tertidur pulas.

Fase Puncak: Kekalahan dan Kebangkitan Mendadak

Tiba-tiba kamu terbangun karena bunyi notifikasi di HP. Sebuah pesan dari atasan, "Sudah sampai mana progresnya?"

Panik! Jantungmu berdebar kencang. Saat kamu menoleh, Si Mood sudah tidak ada. Ia kabur entah ke mana, meninggalkanmu sendirian di medan perang.

Kini, kamu hanya punya waktu satu jam untuk menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya selesai sejak pagi. Di sinilah mukjizat terjadi. Otakmu tiba-tiba bekerja dengan kecepatan super. Jemarimu menari di atas keyboard, ide-ide mengalir deras. Dalam satu jam, kamu menyelesaikan pekerjaan yang gagal kamu sentuh selama delapan jam terakhir.

Pada akhirnya, kamu mengirimkan pekerjaan itu tepat waktu, dengan rasa bangga (dan sedikit malu).

Mungkin, itulah takdir kita sebagai manusia. Kita adalah pejuang yang akan selalu berjuang melawan Si Mood, sang master penundaan. Meskipun sering kalah, kita selalu berhasil di babak akhir, berkat deadline dan sedikit keajaiban yang terjadi di menit-menit terakhir. Selamat berjuang, para pejuang deadline!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Motiovasi hari ini

Jadwal Rilis Game yang Paling Dinanti

ROBLOX memasang AI untuk Keamanan dan Perlindungan Anak